KtHx54QkBr383xDR2xK8jWF4FPsDN0wkvFCwXh9V

Hadiri Nobar 'Jejak Langkah 2 Ulama', Gus Fahmi; Ini Bukan Tentang Organisasi

Foto: Suasana nonton bareng film 'Jejak 2 Ulama' di Aula IAIN Pontianak/Sholeh
DIGULIS.ID - Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) IAIN Pontianak selenggarakan nonton bareng film ‘Jejak Langkah 2 Ulama’ yang bertempat di Aula Syekh Abdul Rani Mahmud IAIN Pontianak pada, Selasa (10/03/2020).

Kegiatan ini dihadiri langsung oleh KH. Fahmi Amrullah Hadziq, Cucu Hadratussyekh KH. Hasyim Asy’ari dari Jombang Jawa Timur.

Pria yang akrab disapa Gus Fahmi ini menjelaskan bahwa film ini digagas oleh Pengurus Pusat Muhammadiyah yang kemudia ditawarkan ke Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, namun karena tidak ada respon dari pihak PBNU, akhirnya film ini ditawarkan ke Pesantren Tebuireng.

“Waktu itu langsung ke sana (Tebuireng) yang ditemui langsung  oleh Gus Sholah, karena kebetulan Tebuireng sudah punya rumah produksi sendiri, akhirnya diterima dengan baik karena memang isinya serta visi misi nya juga bagus, jadi lah seperti film yang baru saja kita tonton,” ungkap Gus Fahmi.

Gus Fahmi menjelaskan jika film ini tidak melibatkan artis professional “film ini tidak melibatkan artis profesional sama sekali, jadi murni pemainnya semua itu Santri, kalau yang dari Mbah Hasyim itu kebanyakan santri Tebuireng sedangkan yang dari Kyai Ahmad Dahlan itu dari muhammadiyah,” jelasnya.

Menurutnya tantangan terberat dari film ini adalah setelah film nya selesai yaitu bagaimana film ini bisa masuk kepelosok nusantara dan ditonton serta dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia.

“Mungkin tantangannya itu hanya teknis dan biaya aja serta pengaturan pemain yang memang tidak profesional ya, tetapi hasilnya luarbiasa, justru tantangan yang paling utama adalah setelah film ini jadi, bagaimana kita harus menghadirkan ke seluruh Indonesia,” tuturnya.

Ia juga menjelaskan bahwa film ini bukan tentang organisasi tapi tentang figur dimana kita bisa belajar dari dua sosok tersebut.

“Film ini tentang sosok dimana kita belajar dari beliau berdua, bagaimana bersatunya beliau berdua, sehingga mestinya sekarang ini, generasi sekarang ini baik  struktural maupun non struktural NU Muhammadiyah, mestinya mengambil hikmah, mengambil pelajaran dan mencontoh serta meniru beliau berdua,” ujarnya.

Ia berharap film tersebut bisa ditonton bersama-sama oleh kedua organisasi besar ini, baik oleh pengurus maupun warganya agar terlihat rukun dan bisa mengambil pelajaran darinya.

“Paling tidak kita bisa mengambil pelajaran, karena salah visi misi dari film ini adalah memang ingin membuat mereka rukun, dan ini Obsesi terakhir Gus Sholah sebelum beliau wafat, beliau sebagai eksekutif produser, jadi saya pikir wajar kalau beliau  itu ingin film ini sukses,beliau mengharap bapak Presiden Jokowi juga bisa menontonnya dan sudah kami hubungi tinggal dan tinggal ditentukan waktunya,” harapnya. (YSF/LK)
Yusuf An Nasir
Sang penikmat malam yang terlalu candu pada secangkir kopi guna mencari inspirasi di sudut-sudut sunyi. Fb : Yusuf An-nasir Ig : @yusufannasir

Related Posts